Minggu, 10 Juni 2012

Kelembutan di Balik Keganasan


Di sungai Nil, hiduplah buaya Nil. Buaya adalah salah satu binatang paling buas di dunia. Namun tahukah Anda, buaya ternyata juga merupakan induk yang paling penyayang di muka bumi.
Buaya betina mengubur telur-telurnya di dalam pasir yang terhampar di sepanjang tepian sungai. Ketika saat menetas tiba, sang induk betina dengan sangat hati-hati menggali pasir yang menimbun telur-telurnya. Ia begitu hati-hati melakukannya agar tidak sampai merusak telurnya. Telur-telur akan segera menetas segera setelah pasir di atasnya dipindahkan, dan bayi-bayi buaya yang mungil pun segera bermunculan.
Pada saat ini, hal sangat mengejutkan pun terjadi. Sang induk membuka rahangnya yang besar dan bergigi tajam, dan memasukkan bayi-bayinya ke dalam mulutnya. Ilmuwan pertama yang menyaksikan hal ini mengira bahwa sang induk buaya sedang memakan anak-anaknya. Namun apa yang sesungguhnya terjadi sangat berbeda.

Tempat paling aman di darat bagi bayi-bayi tersebut adalah mulut induknya. Dengan perlahan dan sangat hati-hati, sang induk memasukkan bayi-bayinya satu persatu ke dalam mulutnya. Bayi-bayi yang baru menetas ini benar-benar meminta untuk dimasukkan ke dalam mulut induknya. Sang induk juga memasukkan telur yang belum menetas ke dalam mulutnya. Mulut sang induk lalu menekan secukupnya untuk meretakkan telur tersebut, sehingga memudahkan sang bayi keluar dari cangkang telur.


Meski tubuhnya besar dan tampak liar, induk betina buaya memberikan kasih sayang dan perhatian sangat besar terhadap anak-anaknya. Ia menyediakan kantung khusus di dalam mulutnya sebagai tempat berlindung yang aman bagi bayi-bayinya yang masih lemah.

Saat baru saja menetas, bayi buaya sangatlah lemah sehingga memerlukan kasih sayang dan perhatian besar dari sang induk.
Gigi-gigi yang runcing dan tajam pada buaya mampu mengoyak banteng atau rusa. Cengkeraman yang dihasilkan gigi buaya di saat menggigit mangsanya sungguh amat kuat. Namun ia bersikap begitu lembut dan hati-hati ketika memasukkan anak-anaknya ke dalam rahang sehingga gigi-gigi tersebut tidak sampai membahayakan mereka.
Sekali mulutnya telah dipenuhi bayi-bayi buaya, sang induk pun kembali turun menuju ke sungai. Ia menuju tepian yang dangkal dan aman yang telah ia pilih. Ia kemudian dengan sangat hati-hati membuka mulutnya dan menggoyang-goyangkan kepalanya. Dengan perlahan, ia menurunkan bayi-bayi dan telur yang belum menetas ke dalam air. Dengan segera, sungai pun dipenuhi oleh buaya-buaya mungil.
Begitulah, di saat telur-telurnya menetas, binatang sebuas dan seganas buaya berubah menjadi induk yang penuh kasih sayang dan perhatian terhadap bayi-bayinya. Bayi-bayi buaya berada dalam perlindungan induknya di sepanjang waktu.
Demikianlah, jika kita perhatikan dan teliti dengan seksama fakta-fakta yang ada di alam, akan kita saksikan bahwa alam kehidupan tidak hanya berisi pertarungan dan perselisihan di antara para satwa. Kebanyakan makhluk hidup tidak bertingkah laku kejam dan mementingkan diri sendiri. Sebaliknya, banyak makhluk hidup yang menunjukkan kesetiaan tinggi di antara sesama mereka. Mereka menghadapi banyak kesulitan besar untuk membesarkan anak-anak mereka. Mereka menerima segala macam bahaya agar dapat melindungi anak-anaknya, walau terkadang harus mengorbankan nyawanya sendiri.
Ini karena makhluk hidup tidaklah muncul menjadi ada karena peristiwa alamiah belaka, sebagaimana yang dinyatakan teori evolusi yang menolak peran penciptaan sengaja. Allah telah menciptakan semua makhluk hidup di bumi, dan mengilhami mereka perasaan cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang takkan pernah dapat dijelaskan dengan penjelasan evolusi. 

Sumber : Buku Harun Yahya

0 komentar:

Posting Komentar